Selasa, 09 September 2014

Ragam

Vertical, Model Pertanian Masa Depan

By Kevin


Dengan luas daratan lebih dari 1,9 juta kilometer persegi, Indonesia seharusnya memiliki cukup lahan untuk pertanian. Namun, tidak demikian dengan negara-negara yang laus wilayahnya Cuma ‘sejengkal’. Mereka setengah mati mengusahakan eprtanian agar rakyatnya tetap mampu menikmati sayur-mayur dan buah-buahan segar. Beberapa negara yagn kekurangan lahan pertanian mengembangkan pertanian atau perkebunan vertical. Beriktu sejumlah gambaran tentang pertanian vertical yang diolah dari property.kompas.com

Pada 2013, Forbes mengabarkan kota dengan harga hunian termahal adalah HongKong. Rata-rata harga rumah di sini mencapai 7.200 poundsterling per kaki persegi ata usetara 106,8 juta per kaki persegi. Dengan demikian, harga sebuah ruma hmewah di HongKong bisa mencapai 845,7 miliar rupiah.

Serbahemat

MEMBANGUN pertanian vertical ternyata mudah. Setidaknya itu menurut seorang pengusaha asal Singapura, Jack Ng. ia menciptakan Skygreens yang dianggap dapat menjadi model pertanian hemat lahan, air, dan sumber energy. Model ini terliaht cocok diterapkan di negara-negara berpenduduk padat.

Skygreens menjadi fasilitas rendah karbon pertama di dunia sebagai tempat untuk menanam sayuran torpis. Fasilitas ini juga bisa menjadi jalan keluar untuk mencapai produksi tanaman sayur atau buah secara berkelanjutan. Skygreens diklaim tidak membutuhkan pencahayaan buatan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanamannya.

“Kebun jangkung” ini terdiri atas empat lantai kaca yang berisi rak portable. Jenis sayuran yang ditanam adalah kol dan selada china. Perkampungan kumuh juga dinilai tepat untuk mengadopsi perkebunan ini. Selain di singapura, Skygreens dikembangkan di Scranton, Pennsylvania, AS. Skygreens di AS ini menjadi pertanian vertical terbesar di dunia yang dibangun oleh WGSF.

Perangkat Lunak

PERTANIAN atau perkebunan vertical sejatinya telah diperjuangkan sejak 1999 oleh pakar ekologi Universitas Columbia, New York, Dickson Despommier. Ia berpendapat, sumber pangan manusia harus tumbuh sepanjang tahun di gedung-gedung pencakar langit.

Rak tanaman pertanian vertical bisa didesain dengan system tanpa tanah dan air menjadi nutrisi untuk tanaman. Lampu LED bisa dipakai sebagai sumber cahaya yang meniru sinar matahari. Perawatan kebun ini pun tak sulit, hanya memerlukan perangkat lunak yagn mengendalikan rak tanaman secar otomatis agar dapat berputar dan mendapat jumlah cahaya yang sama. Pompa air juga masih diperlukan untuk mendistribusikan air secara merata.

GSF mengungkapkan, pada 2011, dengan model pertanian vertical, mereka mampu memproduksi bayam, kangkung, tomat, selada, paprika, dan stroberi, 10 kali lebih banyak disbanding pertanian konvensional. Air yang dihemat pun lebih banyak daripada pertanian biasa.

Dalam ruangan

DI Kyoto, Jepang, perkebunan vertical yang disebut Nuvege dibangun di dalam ruangan berjendela. Ini mirip hanggar pesawat yang memiliki pencahayaan LED untuk meniru dua jenis klorofil: merah dan biru.

Nuvege dikabarkan mampu menghasilkan enam juta selada per tahun sehingga dapat memasok pasar domestic. Dalam rekayasa pertanian tersebut, awalnya menghabiskan energy listrik yang besar karena LED hanya bisa menghemat konsumsi listrik 28 persen. Namun para insinyur pencahayaan Philips di Belanda berhasil menemukan LED yang efisiensinya mencapai 68 persen sehingga dapat menekan biaya listrik secara signifikan.