Oleh Kevin
Cara menyimpan
pakaian di rumah sering menantang kreativitas kita. Apalagi jika kita
termasuk orang yang sibuk dan acap tak
punya waktu cukup untuk merapikan kamar. Biasanya akan terlihat pemandangan
pipa menggantung penuh dengan hanger sedangkan di rak sesak dengan tumpukan
pakaian.
Menyimpan pakaian dan aksesorisnya bisa membuat repot. Wardrobe(Lemari pakaian )kemudian
dianggap menjadi jalan keluar penataan itu, tetapi jika dana terbatas sering
mendorong kita membuat lemari pakaian siap pakai. Ukuran dan fungsinya tentu
lebih terbatas dan kadang tak sesuai dengan kebutuhan.
Secara umum ada dua jenis lemari yan biasa digunakan, freestanding (siap pakai) dan built-in (lemari tanam). Freestanding adalah lemari yang bsia
dipindahtempatkan sehingga posisinya bisa diatur sesuka hati. Lemari ini paling
mudah didapatkan. Namun, lemari freestanding
memakan ruang lebih banyak.
Bila kita lebih mementingkan fungsi, lemari built-in bisa
menjadi pilihan yang tepat. Lemari ini bisa lebih mengakomodasi kebutuhan
sehari-hari. Lemari model ini dibedakan atas tipe fully built-in, framed
buit-in, dan sliding door.
Tipe fully built-in
memiliki sisi atas, bawah, belakang, dan samping. Jika pintu lemari dibuka,
seluruh sisi penutupnya akan terlihat. Pada bagian bawah terdapat kaki-kaki
yang menyatu dengan kerangka. Pintu lemari bisa dibuka tutup menyamping karena
terdapat engsel yang dikaitkan pada kerangka. Model ini umumnya dibuat hingga
hampri setinggi langit-langit.
Sementara itu tipe frame
built-in hanya memiliki sisi bawah atau langsung berbatasan dengan lantai. Lemari
ini didesain penuh dari lantai hingga langit-langit. Dinding berperan sebagai
bagian belakangnya. Pintu biasanya memakai engsel yan dibuka ke atas maupun
menyamping.
Adapun tipe sliding
door dirancang seperti frame built-in
namun berpintu geser. Antara pintu geser dan bagian dalam lemari terdapat jarak
sekitar 5 cm agar barang barang didalamnya tidak ikut tergeser atau terjepit. Sebagai
pemanis kebanyakan diletakkan cermin di bagian pintunya.