Vertical, Model Pertanian
Masa Depan
By Kevin
Dengan luas daratan lebih dari 1,9 juta kilometer persegi,
Indonesia seharusnya memiliki cukup lahan untuk pertanian. Namun, tidak demikian
dengan negara-negara yang laus wilayahnya Cuma ‘sejengkal’. Mereka setengah
mati mengusahakan eprtanian agar rakyatnya tetap mampu menikmati sayur-mayur
dan buah-buahan segar. Beberapa negara yagn kekurangan lahan pertanian
mengembangkan pertanian atau perkebunan vertical. Beriktu sejumlah gambaran
tentang pertanian vertical yang diolah dari property.kompas.com
Pada 2013, Forbes mengabarkan kota dengan harga hunian
termahal adalah HongKong. Rata-rata harga rumah di sini mencapai 7.200
poundsterling per kaki persegi ata usetara 106,8 juta per kaki persegi. Dengan
demikian, harga sebuah ruma hmewah di HongKong bisa mencapai 845,7 miliar
rupiah.
Serbahemat
MEMBANGUN
pertanian vertical ternyata mudah. Setidaknya itu menurut seorang pengusaha
asal Singapura, Jack Ng. ia menciptakan Skygreens
yang dianggap dapat menjadi model pertanian hemat lahan, air, dan sumber
energy. Model ini terliaht cocok diterapkan di negara-negara berpenduduk padat.
Skygreens menjadi fasilitas rendah karbon pertama di dunia
sebagai tempat untuk menanam sayuran torpis. Fasilitas ini juga bisa menjadi
jalan keluar untuk mencapai produksi tanaman sayur atau buah secara
berkelanjutan. Skygreens diklaim
tidak membutuhkan pencahayaan buatan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
tanamannya.
“Kebun jangkung” ini terdiri atas empat lantai kaca yang
berisi rak portable. Jenis sayuran yang ditanam adalah kol dan selada china.
Perkampungan kumuh juga dinilai tepat untuk mengadopsi perkebunan ini. Selain
di singapura, Skygreens dikembangkan
di Scranton, Pennsylvania, AS. Skygreens di
AS ini menjadi pertanian vertical terbesar di dunia yang dibangun oleh WGSF.
Perangkat Lunak
PERTANIAN atau perkebunan vertical sejatinya telah
diperjuangkan sejak 1999 oleh pakar ekologi Universitas Columbia, New York, Dickson
Despommier. Ia berpendapat, sumber pangan manusia harus tumbuh sepanjang tahun
di gedung-gedung pencakar langit.
Rak tanaman pertanian vertical bisa didesain dengan system
tanpa tanah dan air menjadi nutrisi untuk tanaman. Lampu LED bisa dipakai sebagai
sumber cahaya yang meniru sinar matahari. Perawatan kebun ini pun tak sulit,
hanya memerlukan perangkat lunak yagn mengendalikan rak tanaman secar otomatis
agar dapat berputar dan mendapat jumlah cahaya yang sama. Pompa air juga masih
diperlukan untuk mendistribusikan air secara merata.
GSF mengungkapkan, pada 2011, dengan model pertanian
vertical, mereka mampu memproduksi bayam, kangkung, tomat, selada, paprika, dan
stroberi, 10 kali lebih banyak disbanding pertanian konvensional. Air yang
dihemat pun lebih banyak daripada pertanian biasa.
Dalam ruangan
DI Kyoto, Jepang, perkebunan vertical yang disebut Nuvege
dibangun di dalam ruangan berjendela. Ini mirip hanggar pesawat yang memiliki
pencahayaan LED untuk meniru dua jenis klorofil: merah dan biru.
Nuvege dikabarkan mampu menghasilkan enam juta selada per
tahun sehingga dapat memasok pasar domestic. Dalam rekayasa pertanian tersebut,
awalnya menghabiskan energy listrik yang besar karena LED hanya bisa menghemat
konsumsi listrik 28 persen. Namun para insinyur pencahayaan Philips di Belanda
berhasil menemukan LED yang efisiensinya mencapai 68 persen sehingga dapat
menekan biaya listrik secara signifikan.