ADa banyak cara untuk memikat orang membeli rumah atau apartemen. Selain lokasi yang stragetis, kemudahan dan keringanan pembayaran juga menjadi daya tarik. Pemandangan indah di sekitar properti itu berada, dapat pula membuat kosumen jatuh hati.
Faktor yang terakhir tadi tampaknya tengah menjadi tren promosi bagi sejumlah pengembang. Akan Tetapi, bagaimana dengan kota yang terlanjur padat seperti Jakarta ini bisa mendapat pemandangan yang indah?
Itu bisa diusahakan dengan membangun properti di tepi laut. Ya, laut dijadikan "halaman" tempat tinggal. Lihatlah Jakarta Utara yang saat ini telah berubah menjadi kawasan prestisius untuk tempat tinggal dan bisnis. Perumahan mewah merapat di sana, tak ketinggilan apartemen-apartemen jangkung yang bentuknya yahud.
Pengembang-pengembang kelas wahid hampir dipastikan memiliki aset di pesisir Jakarta Utara. Apa istimewanya hunian di tepi laut ini?
Seperti hunian di perbukitan hijau, tempat tinggal di tepi laut juga menawarkan pemandangan yang lepas dan jauh. Udara pantai dan debu ombak yang khas, konon dapat meredam penat dan jenuh. Seolah kita berwisata setiap hari.
Bayangkan pula kita tinggal di sebuah unit apartemen yang berhadapan dengan laut di Jakarta Utara, yang setiap waktu kita dapat mengamati akitivitas laut. Semisal kegiatan bongkar muat pelabuhan dan sibuknya pengaturan kapal yang hendak bersandar.
Ada pula suguhan udara, yakni lalu lintas pesawat terbang yang pikuk saat hendak mendarat maupun sesaat setelah lepas landas dari BAndara International Soekarno-Hatta. Bagi yang memiliki anak-anak, pemandangan seperti ini tentu amat menyenangkan dan menjadi sarana belajar gratis.
Tinggal di tepi pantai juga memungkinkan seseorang memiliki kapal pribadi, seperti yang dapat kita tonton di kawasan Pantai Mutiara. Rumah-rumah elite bisa didesain memiliki dermaga untuk mengikat kapal-kapal pesiar mini itu.
Di Jakarta Utara, ada jalan tol yang menghubungkan semua tempat penting di Jakarta. Berdiri pula sejumlah mal yang memayungi tempat belanja dan hiburan keluarga. Sarana pendidikan juga tak jadi soal. Angkutan kotanya pun lengkap, mulai dari mikrolet, metromini, hingga bus Transjakarta.
Tren porperti tepi laut juga bergulir di kota-kota bisnis selain Jakata. Contohnya di Surabaya, yang pembangunan huniannya terjadi secara progresif di pesisir timur Kota Pahlawan itu.
Batam tak mau ketinggalan. Kota yang pembangunannya acap dipengaruhi Singapura itu, juga gencar meluncurkan mega proyek hunian bernuansa pantai. Di Pulau Dewata bahkan sudah jauh lebih masif. Kawasan Kuta, Nusa Dua, Sanur, dan sekitarnya telah disesaki resor, hotel,aprtemen, dan kondotel.
Yang jelas, rumus sederhana untuk membeli properti itu adalah melihat "lapisan" lingkungannya. Misalnya, satu kilometer, dua kilometer tersedia kompleks kuliner, hingga di kilometer selanjutnya berdiri perkantoroan.
Tinggal di tepi pantai juga memungkinkan seseorang memiliki kapal pribadi, seperti yang dapat kita tonton di kawasan Pantai Mutiara. Rumah-rumah elite bisa didesain memiliki dermaga untuk mengikat kapal-kapal pesiar mini itu.
Di Jakarta Utara, ada jalan tol yang menghubungkan semua tempat penting di Jakarta. Berdiri pula sejumlah mal yang memayungi tempat belanja dan hiburan keluarga. Sarana pendidikan juga tak jadi soal. Angkutan kotanya pun lengkap, mulai dari mikrolet, metromini, hingga bus Transjakarta.
Tren porperti tepi laut juga bergulir di kota-kota bisnis selain Jakata. Contohnya di Surabaya, yang pembangunan huniannya terjadi secara progresif di pesisir timur Kota Pahlawan itu.
Batam tak mau ketinggalan. Kota yang pembangunannya acap dipengaruhi Singapura itu, juga gencar meluncurkan mega proyek hunian bernuansa pantai. Di Pulau Dewata bahkan sudah jauh lebih masif. Kawasan Kuta, Nusa Dua, Sanur, dan sekitarnya telah disesaki resor, hotel,aprtemen, dan kondotel.
Yang jelas, rumus sederhana untuk membeli properti itu adalah melihat "lapisan" lingkungannya. Misalnya, satu kilometer, dua kilometer tersedia kompleks kuliner, hingga di kilometer selanjutnya berdiri perkantoroan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar