Minggu, 20 Maret 2011

Bersahabatlah dengan alam

Dikutip oleh Kevin dari article Abun Sanda

Dari berjalan-jalan itu pula, Arsitek ini dengan sejumlah rekannya suka berjalan kaki sejauh kaki mereka mampu melangkah. Di Tokyo, misalnya, ia habis-habisan mengitari kota yang amat berish itu. Ia menikmati trotoar yang amat lebar. Ia sungguh menikmati suasana penuh damai dan nuansa. Ia terpesona pada kesantunan orang Jepang sehingga pejalan kaki sangat bisa berbagi dengan pesepeda. Ia kagum pada tertibnya orang Jepang memarkir sepedanya. Ia pun terpukau pada kebiasaan eksekutif puncak Jepang yang terbiasa naik sepeda dengan dasi dan jas. Adapun eksekutif perempuan, menggunakan kemeja kerja dan rok yang menawan. Semua berjalan mengesankan dan pada wajah mereka terlihat sikap rileks dan penuh ria.



Bersahabatlah dengan alam




Eksekutif property di Jakarta secara teratur berpergian ke luar negeri. Ia suka berteriak kegirangan manakala menemukan sesuatu yang amat inspiratif, bernuansa dan mencerminkan kekayaan pikiran manusia. Arsitek ini pun suka mencatat apa saja yang baginya memberi pikiran-pikiran baru dengan dunia usaha dan perilaku konsumen.

Di dalam negeri, pehobi sepeda dan renang ini amat suka pula berpetualang ke pelbagai daerah, terutama yang menawarkan keindahan dan inspirasi tentang pelbagai hal. Di kawasan yang berpantai amat indah misalnya, ia bisa memetik ilham baru tentang aneka hal yang berkaitan dengan pekerjaanya. Ketika kembali ke ruang kerjanya di Podomoro City ia sudah penuh dengan gagasan bernas yang dikagumi kawan-kawanya. Berpergian untuk meraih nuansa baru di luar dan di dalam negeri, kerap terasa ibarat membaca banyak buku, berdialog dengan para ahli, serta mengikuti sekian banyak seminar.



Sisi lain dari berpergian ke luar negeri adalah merasakan suasana yang sama sekali lain. Ia bertemu dengan orang-orang yang lain sama sekali, yang tidak dikenal perangainya. Ia menemukan kreasi bisnis baru, gerai yang sangat kreatif, dan spirit mematahkan kesulitan yang tidak lumrah manusia. Di dubai misalnya, ia suka terkesima melihat begitu kuatnya niat otoritas Dubai untuk menanam pohon. Padahal di kota itu, hujan hanya turun tiga sampai enam kali dalam setahun. Tetapi, pemerintahnya mampu menanam puluhan ribu pohon baru di atas padang pasir yang kering.

Di atas padang pasir itu pula bisa dibangun demikian banyak sentra belanja kelas dunia, hotel, apartemen, dan pusat rekreasi dengan kualitas premium. Arsitek ini melihat ada upaya luar biasa manusia, ada ketaatan amat dahsyat pada yang Maha Pencipta dan kemampuan menyisiati alam. Subai seperti kita ketahui, berdiri diatas padang pasir yang kerontang, tetapi siapa yang tidak terpukau melihat kota dengan label serba kelas dunia itu? Siapa yang tidak tercengang melihat kota yang menjadi ssalah satu symbol kebangkitan Negara-negara arab itu?






Saya suka berjalan dengan Arsitek ini, di antaranya karena kami mempunyai kesamaan pandangan dalam banyak hal. Kami sama-sama sangat suka trotoar yang bersih dan cahaya matahari yang bersinar lembut . bayangkan saja trotoar di kota itu penuh bunga, dan bersihnya, duuuh luar biasa.

Kami sama-sama cinta pada sepeda dan rimbunan pohon yang memberi refleksi kedekatan manusia pada alam. Kami pun selalu bersepeda untuk berjalan kaki sejauh yang kami mampu. Pernah selama beberapa hari kami berjalan 15 kilometer dalam sehari. Kami susuri trotoar Tokyo hingga akhirnya kami memutuskan memetik rehat di restoran pepper lunch kesukaan kami. Atau kami berjalan kaki ke lokasi dekat areal pantai dan menyantap ikan-ikan segar di sana.

Kami suka berdiskusi, alangkah nikmatnya bila sejumlah kota besar Indonesia menyediakan areal trotoar yang memadai, bersih, dan diteduhi pohon-pohon lebat. Kami selalu mengimpikan suatu hari DKI Jakarta pun mempunyai trotoar yang memadai, amat bersih seperti Tokyo dan Kyoto, yang sungguh mencerminkan tingginya kultur dan pemahaman pada lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar