Yulia Sapthiani disadur ulang oleh Kevin
Memasuki sebuah butik serasa berada dalam rumah. Suasana seperti inilah yang diciptakan beberapa butik, tentu saja, agar membuat konsumen betah berlama-lama berada di dalamnya.
Masuk ke butik Biyan, yang berada di Plaza Senayan dan Pacific Place, Jakarta, bahkan seperti memasuki sebuah kamar. Kita akan melihat deretan pakaian yang digantungkan di dalam lemari. Biyan Wanaatmadja, pemilik butik yang juga seorang desainer ternama di negeri ini, mengatakan, ia menginginkan saat konsumen memilih baju di butiknya seperti memilih dari lemari sendiri, di sebuah ruang dandan yang besar.
Meski berkonsep sama, ada perbedaan ketika memasuki butik Biyan di Plaza Senayan dan Pacific Place. Di Plaza Senayan, kita memasuki ruangan dengan kesan minimalis. Lemari yang ditempatkan dalam beberapa baris adalah lemari terbuka, tanpa pintu.
Di tengah deretan lemari ini terdapat kursi yang ditata seperti di sebuah ruang tamu. Sebuah maneken dengan posisi duduk ditempatkan pada salah satu kursi.
Di Pacific Place, konsumen disuguhi nuansa klasik, salah satunya karena warna abu-abu tua yang mendominasi ruangan dengan langit-langit yang tinggi. Lemari yang tingginya disesuaikan dengan tinggi ruangan, kali ini, ditempatkan menempel pada dinding di sisi yang memanjang dengan pintu, yang bisa dibuka atau ditutup dengan cara dilipat.
Klasik
Selain pakaian, di dalam lemari juga ditempatkan berbagai jenis kalung dengan gaya etnis, yang beberapa di antaranya menjadi sumber inspirasi Biyan dalam mendesain pakaian.
Meski klasik, butik yang dalam penciptaan desainnya melibatkan desainer interior dari Gita Laras ini memiliki lay out sederhana. ”Saya tidak ingin desainnya terkesan rumit,” kata Biyan.
Sebagai aksesori, Biyan menempatkan patung kuda hitam sesuai ukuran aslinya yang juga berfungsi sebagai lampu karena di kepala patung kuda tersebut terdapat kap lampu. Biyan mengatakan, dengan posisi di area utama mal, dia memiliki tanggung jawab harus membuat butik dengan konsep yang kuat.
Desainer yang mengkhususkan diri pada pakaian pengantin, Anne Avantie, juga memiliki konsep yang kuat untuk butiknya, Roemah Pengantin. Anne membuat suasana rumah dengan menghadirkan rumah dalam wujud yang sebenarnya ke dalam butik yang berada di mal barat Grand Indonesia itu.
”Saya memindahkan rumah Kudus ke butik tersebut,” kata Anne tentang rumah kayu yang akan kita lihat begitu memasuki ruangan.
Bahan-bahan untuk rumah tersebut didatangkan langsung dari Jepara dan Kudus, untuk kemudian dirakit di tempat. ”Bagi saya, rumah Kudus adalah rumah yang memiliki karakter kuat. Hal ini bisa mewakili diri saya dalam berkarier,” kata Anne, yang juga menghias butiknya dengan lemari, meja, dan kursi dari kayu, patung, dan lukisan yang bernapas tradisional, terutama dari budaya Jawa.
”Awalnya memang agak sulit membawa konsep seperti itu ke dalam mal karena pihak mal memiliki peraturan tersendiri tentang desain toko-toko yang ada di dalamnya. Tetapi saya tetap berpegang pada prinsip kalau butik saya harus benar-benar menggambarkan diri saya,” kata Anne yang mendesain sendiri butiknya.
Demi menambah kesan rumahan, Anne yang berada di butiknya di Jakarta setiap akhir pekan selalu menjamu klien dengan penganan dan minuman tradisional. Hal ini dilakukan desainer asal Semarang tersebut agar klien merasa bertemu ke rumah Anne saat datang ke Roemah Pengantin.
Seperti dikatakan Anne, pihak mal memang memiliki peraturan terkait desain yang dimiliki setiap toko. Namun, Corporate, Marketing, and Communication Manager Plaza Senayan Natalia Anita Hatmarini mengatakan, peraturan yang dibuat manajemen mal lebih fokus pada keselamatan pengunjung, bukan pada bentuk desain.
Butik internasional
”Untuk itu, kami akan memberikan masukan kalau ada ukuran benda tertentu yang terlalu besar atau terlalu berat. Hal yang sama juga berlaku untuk butik dengan merek internasional. Kami tidak ikut campur dalam desainnya. Apalagi, desain untuk toko-toko internasional harus mengikuti kantor pusat masing-masing dan berlaku global,” kata Natalia.
Salah satu contohnya adalah desain butik Louis Vuitton (LV) yang selalu menghadirkan konsep pengalaman berbelanja dalam kemewahan di setiap butiknya. Di LV Global Store yang berada di Plaza Indonesia, misalnya, konsumen bisa menikmati berbelanja di sini di sebuah ruang VIP.
Ruang tempat tamu-tamu VIP bersantai di sofa ini diberi sentuhan Indonesia melalui berbagai furnitur, termasuk dinding bermotif khas LV yang terbuat dari kayu jati. Konsep ini menunjukkan keseimbangan antara desain modern dan tradisional.
Lantai di ruang lainnya terbuat dari batu gamping. Kesan modern dan kontemporer diperlihatkan melalui rak, meja, dan etalase yang memadukan unsur kayu, stainless steel, dan kulit.
Tak hanya di bagian dalam, LV Global Store yang diresmikan tahun 2009 ini diberi sentuhan artistik. Bagian depan gedung yang didesain khusus oleh departemen desain LV Malletier di Paris tampak mencolok dari Jalan MH Thamrin, tempat Plaza Indonesia berada, tentu saja dengan menyertakan logo LV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar